Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Anak
Hai..., kali ini saya akan memposting mengenai pentingnya peran orang tua dalam membimbing belajar . Tidak dapat dipungkuri bahwa peran orang tua sangat menentukan prestasi, mengapa demikian?, let's check this out.
Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Anak
Anak
merupakan amanah bagi orang tua dan anak memiliki hati yang masih suci
dari berbagai pengaruh, dengan keadaan yang sangat lemah ketika
dilahirkan, maka sudah pasti tidak mungkin dapat hidup terus jika tidak
mendapat pertolongan dan pemeliharaan dari orang tua atau lingkungan.
Sebagai orang tua yang bertanggung jawab pasti menghendaki anaknya menjadi orang yang berwatak baik dan berguna bagi masyarakat. Tanggung
jawab orang tua terhadap anaknya sungguh besar tidak cukup hanya dengan
memberi makan, minum dan pakaian tetapi orang tua wajib mendidik
(memberikan pendidikan) kepada anaknya.
Pendidikan
adalah pimpinan orang dewasa terhadap anak dalam perkemabnaganya ke
arah kedewasaan. Anak harus dididik menjadi orang yang sanggup mengenal
dan berbuat menurut kesusilaan. Orang dewasa adalah orang yang sudah
mengetahui dan memiliki nilai-nilai hidup, norma-norma kesusilaan,
keindahan, keagamaan, kebenaran, dan sebagainya dan hidup sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma itu. (Ngalim Purwanto, 2007 : 19)
Memberikan
pendidikan agama islam kepada anaknya tidak cukup hanya dengan
memasukan anak ke dalam lembaga pendidikan tertentu, karena selain di
sekolah anak juga harus mendapat pendidikan agama dari keluarga.
Dalam
pendidikan anak, kedua orangtua merupakan sosok manusia yang pertama
kali dikenal anak, yang karenanya perilaku keduanya akan mewarnai proses
perkembangan kepribadian anak selanjutnya, sehingga factor keteladanan
dari keduanya menjadi sangat diperlukan, karena apa yang didengar,
dilihat dan dirasakan anak di dalam berinteraksi dengan kedua orang tua akan sangat membekas dalam memori anak.
Kesadaran orang tua terhadap tanggung jawab dan peranannya sebagai pendidik yang pertama dan
utama sangatlah mempengaruhi perkembangan diri anak. Keluarga sebagai
unit terkecil dari masyarakat juga merupakan pangkal dari terbentuknya
masyarakat. Oleh karena itu keluarga merupakan wadah yang pertama dan fundamental bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
keberhasilan
belajar anaknya perlu adanya dorongan atau motivasi dari keluarga
terutama orang tuanya sebagai pendidik yang utama. Dalam makalah ini akan membahas tentang peran orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Anak
yang dimaksud dalam makalah ini adalah anak pada usia Sekolah Dasar
(SD) yaitu mereka yang berusia 6,0 tahun sampai dengan 12 bulan.
PEMBAHASAN
A. Orang Tua
1. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tentang pengertian orang tua adalah ayah, ibu kandung. [1]
Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam
menulis bahwa orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi
anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima
pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.[2]
Menurut
Noer Aly orang tua adalah orang dewasa yang memikul tanggung jawab
pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya
berada di tengah-tengah ibu dan ayahnya. Dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya.[3]
Dari
definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua adalah orang
tua kandung atau wali yang mempunyai tanggung jawab dalam pendidikan
anak.
Pada
umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak pada
kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan
karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi
pendidikan itu terwujud bekal adanya pergaulan dan hubungan pengaruh
mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Orang tua ibu dan ayah memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Seorang
ayah, di samping memiliki kewajiban untuk mencari nafkah bagi
keluarganya, dia juga berkewajiban untuk mencari tambahan ilmu bagi
dirinya karena dengan ilmu-ilmu itu dia akan dapat membimbing dan
mendidik diri sendiri dan keluarga menjadi lebih baik. Demikian
halnya dengan seorang ibu, di samping memiliki kewajiban dan
pemeliharaan keluarga dia pun tetap memiliki kewajiban untuk mencari
ilmu. Hal itu karena ibulah yang selalu dekat dengan anak-anaknya.
Dengan demikian jelaslah bahwa orang
tua memiliki kedudukan dan tanggung jawab yang sangat besar terhadap
anaknya, karena mereka mempunyai tanggung jawab memberi nafkah,
mendidik, mengasuh, serta memelihara anaknya untuk mempersiapkan dan
mewujudkan kebahagiaan hidup anak di masa depan. Atau dengan kata lain bahwa orang tua umumnya
merasa bertanggung jawab atas segalanya dari kelangsungan hidup
anak-anaknya, karena tidak diragukan lagi bahwa tanggung jawab
pendidikan secara mendasar terpikul pada orang tua.
2. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan
Sebagai
pemimpin dalam keluarga orang tua harus mendahulukan pendidikan dalam
keluarganya agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak baik. Peran orang tua sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak-anaknya, di antaranya orang tua berperan sebagai :
a. Pendidik (edukator)
Pendidik
dalam Islam yang pertama dan utama adalah orang tua, yang bertanggung
jawab terhadap anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh
potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif dan potensi
psikomotor.[4]
b. Pendorong (motivator)
Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Yang bisa berasal
dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati
sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Dan
motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang
dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru, teman-teman
dan anggota masyarakat.[5]
Di
sinilah orang tua berperan menumbuhkan motivasi atau rangsangan dari
luar yang kemudian mampu secara alamiah menumbuhkan motivasi dari dalam
diri anak tersebut.
c. Fasilitator
Anak
yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,
penerangan, alat tulis menulis, buku dan lain-lain. [6] Jadi orang tua berkewajiban memenuhi fasilitas belajar agar proses belajar berjalan dengan lancar.
d. Pembimbing
Sebagai orang tua tidak hanya berkewajiban memberikan fasilitas dan biaya sekolah saja. Tetapi anak juga membutuhkan bimbingan dari orang tuanya.
Sekolah
merupakan kegiatan yang berat dalam proses belajar banyak dijumpai
kesulitan, kadang-kadang anak mengalami lemah semangat. Orang tua wajib memberikan pengertian dan mendorongnya membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. [7]
Oleh sebab itu orang tua harus mempunyai waktu dalam mendampingi anak-anaknya. Pada saat itulah anak diberi pengarahan dan nasehat agar lebih giat belajar.
3. Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Pendidikan
Orang tua bukan hanya menjadi bapak dan ibu bagi anak-anaknya tetapi juga menjadi pendidik yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya.
“The
family is responsible for preparing the young child to live in society
for teaching the child the language, the attitudes and some of the basic
skills he or she will need”. [8]
“Keluarga bertanggung jawab untuk
mempersiapkan anak kecil untuk hidup di masyarakat untuk mengajari anak
berbahasa, bersikap dan beberapa kemampuan dasar yang dia laki-laki
atau perempuan butuhkan”.
Menurut Zakiah Daradjat tanggung jawab pendidikan Islam yang dibebankan orang tua sekurang-kurangnya adalah:
a. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
b. Melindungi
dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah, dari berbagai
gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dan tujuan hidup yang
sesuai dengan falsafat hidup dan agama yang dianutnya.
c. Memberi
pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk
memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang akan
dicapainya.
d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akherat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.[9]
Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga memiliki tanggung jawab terhadap anggota keluarganya. Dalam hal ini orang tua berkewajiban memenuhi kebutuhan pendidikan, sandang, pangan, papan dan kesehatan sehingga anak mampu untuk hidup sendiri.
من
القو اعد التربوية المحمع عليهالدى علماء الاجتماع والنفس والتر بية تقوية
الصلة ما بين المربي والولد ليتم القفاعل التربوي على احسن وجه ويكتمل
التكوين العلمي والنفسي والحلقي على أنبل معنى!! ... [10]
“Di
antara prinsip pendidikan yang telah disepakati para ahli ilmu sosial,
ahli psikologi dan ilmu pendidikan adalah memperkuat hubungan antara
pendidik dengan anak, agar interaksi edukatif dapat terlaksana dengan
sebaik-baiknya. Pembentukan intelektual, spiritual, dan moral dapat berjalan sesempurna mungkin.
Orang
tua sebagai pendidik harus senantiasa menjalin hubungan baik dengan
anak agar tidak terdapat jurang pemisah dan jarak antara anak dengan
orang tua sebagai pendidik sehingga pendidikan dapat tercapai dengan
baik. Orang tua hendaknya mencari cara-cara positif dalam menciptakan kecintaan anak, memperkuat hubungan, mengadakan kerjasama antara mereka dan menumbuhkan kasih sayang mereka.
B. Motivasi Belajar Anak
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.[11]
Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar.[12] Keterangan di atas, ternyata motivasi memiliki posisi penentu bagi kegiatan hidup manusia dalam usaha mencapai cita-cita. Oleh karena itu tanpa motivasi, proses belajar tidak akan berjalan dengan baik.
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.[13] Sedangkan menurut WS. Winkel menjelaskan bahwa, motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menumbuhkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah kepada kegiatan untuk mencapai tujuan belajar. [14]
Dengan demikian, motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan semangat belajar sehingga anak akan memacu motivasi dan energinya untuk belajar.
b. Fungsi Motivasi
Tanpa adanya motivasi (dorongan) usaha seseorang tidak akan dapat mencapai hasil yang baik, begitu juga sebaliknya. Demikian juga dalam mencapai hal belajar, belajar akan lebih baik jika selalu disertai dengan motivasi yang sungguh-sungguh. Maka tidaklah mengherankan apabila ada seseorang yang mampu mencapai prestasi sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam proses belajar mengajar, motivasi mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting. Di antara fungsi motivasi belajar adalah:
1) Mendorong
manusia untuk bertindak atau berbuat, jadi berfungsi sebagai penggerak
atau sebagai motor yang memberikan energi atau kekuatan kepada seseorang
untuk melakukan suatu tugas.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perbuatan suatu tujuan dan cita-cita.
3) Menyeleksi perbuatan, menentukan perbuatan mana yang harus dilakukan, yang sesuai guna mencapai tujuan.[15]
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa fungsi motivasi dalam belajar itu
di samping memberikan dan menggugah minat dan semangat dalam belajar
anak, juga akan membantu anak untuk memilih jalan atau tingkah laku yang
mendukung pencapaian tujuan belajar maupun tujuan hidupnya.
c. Macam-macam motivasi belajar
Kebanyakan
para ahli membagi motivasi menjadi dua tipe umum yang kemudian lebih
dikenal dengan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. [16]
Di
sini individu bertingkah laku karena mendapatkan energi dan pengaruh
yang tidak dapat dilihat, karena sumber pendorong individu tersebut untuk bertingkah laku berasal dari dalam dirinya.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. [17]
Dalam
belajar, anak memerlukan perhatian dan pengarahan yang khusus dari
orang tua, seringkali jika mereka tidak menerima umpan balik yang baik,
berkenaan dengan hasil maka mereka akan menjadi lambat atau mereka
menjadi malas belajar.
d. Upaya menumbuhkan motivasi belajar
Untuk dapat memperoleh hasil belajar yang optimal dalam belajar maka seorang anak perlu mendapatkan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik. Oleh karena itu hendaknya orang tua senantiasa memotivasi anak agar lebih giat dalam belajar.
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di rumah, yaitu:
1) Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong anak untuk lebih giat belajar. Semakin
mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada
diri anak untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya akan terus
meningkat.[18]
Seorang
anak biasanya akan merasa malu apabila prestasinya merosot, oleh karena
itu orang tua hendaknya jangan segan-segan untuk menanyakan hasil yang
dicapai oleh anaknya.
2) Memberikan hadiah dan hukuman
Metode pemberian hadiah (reward) dikatakan sebagai motivasi yaitu apabila hadiah tersebut disukai oleh anak sekalipun kecil/murah harganya. Sebaliknya
hadiah tidak akan disukai oleh anak apabila hadiah tersebut tidak
disukai oleh anak atau anak tidak berbakat untuk suatu pekerjaan.
Sebagai
contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak
akan menarik bagi anak yang tidak memiliki bakat menggambar.[19]
Demikian halnya dengan hukuman-hukuman dapat menjadi reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijaksana dapat menjadi alat motivasi.
3) Menyediakan alat atau fasilitas yang dibutuhkan
Anak
yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,
penerangan, alat tulis menulis, buku dan lain-lain. [20]
Dengan demikian pula adanya kesediaan dari orang tua
untuk memenuhi kebutuhan fasilitas belajar anaknya dapat mendorong anak
untuk lebih giat belajar, sehingga anak dapat meningkatkan prestasi
belajarnya.
C. Anak
Sebagaimana definisi anak secara umum, maka anak merupakan sekelompok manusia yang belum dewasa yang masih dalam taraf perkembangan dan pertumbuhan sehingga memerlukan bimbingan dan pembinaan dari orang dewasa.
Anak
merupakan makhluk yang masih terus tumbuh dan mengalami perkembangan,
dan pertumbuhan serta perkembangan seorang anak tidak lepas dari peran
orang tuanya.
Menurut pendapat Hohn Amos Comenius sebagaimana dikutip oleh M. Dalyono dalam bukunya Psikologi Pendidikan bahwa perkembangan pribadi manusia ditinjau dari teknis umum penyelenggaraan pendidikan terdiri atas 5 tahap, yaitu:
1. Tahap enam tahun pertama: tahap perkembangan fungsi pengindraan yang memungkinkan anak mulai mampu untuk mengenal lingkungannya.
2. Tahap
enam tahun kedua: tahap perkembangan ingatan dan imajinasi individu
yang memungkinkan anak mulai mampu menggunakan fungsi intelektual dalam
usaha mengenal dan menganalisis lingkungannya.
3. Tahap enam tahun ketiga: tahap perkembangan fungsi intelektual yang memungkinkan anak mulai mampu mengevaluasi sifat-sifat serta menemukan hubungan antar variabel di dalam lingkungannya.
4. Tahap enam tahun ke empat : tahap perkembangan fungsi kemampuan berdikari, “self direction” dan “self controle”.
5. Tahap
kematangan pribadi: tahap dimana intelek memimpin perkembangan pribadi
dimana manusia berkemampuan mengasihi Allah dan sesama manusia. [21]
Masa perkembangan intelektual pada masa anak bersekolah (7 s.d 12 tahun). Beberapa ciri pribadi anak masa ini antara lain:
- Kritis dan realistis
- Banyak ingin tahu dan suka belajar
- Ada perhatian terhadap hal-hal praktis dan konkret dalam kehidupan sehari-hari.
- Mulai timbul minat terhadap bidang-bidang pelajaran tertentu.
- Sampai umur 11 tahun anak suka minta bantuan kepada orang dewasa dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya.
- Setelah umur 11 tahun anak mulai ingin bekerja sendiri dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar.
- Mendambakan angka-angka raport yang tinggi tanpa memikirkan tingkat prestasi belajarnya.
- Anak suka berkelompok dan memilih teman-teman sebaya dalam bermain dan belajar. [22]
Adapun perlakuan pendidikan pada tahap perkembangan psikologis anak pada tahap perkembangan intelektual ini di antaranya :
1. Memberi latihan berpikir
2. Memberi pengalaman langsung
3. Memberi motivasi intrinsik agar anak mau belajar secara otoaktif
4. Menggunakan evaluasi sebagai sarana motivasi belajar.
5. Menggunakan evaluasi secara psikologis, adil dan fleksibel. [23]
Jadi
orang tua sebagai pendidik harus memperhatikan perkembangan pribadi
anak sebagai dasar penentuan pendidikan yang sesuai dengan periode atau
tingkat usia kemampuan berfikir anak.
D. Hubungan Antara Peran Orang Tua dengan Motivasi Belajar Anak
Untuk mendukung keberhasilan anak-anaknya keluarga mempunyai andil yang sangat besar dalam terutama dalam memotivasi belajarnya. Karena
dengan motivasi yang besar dari orang tuanya maka anak akan termotivasi
dalam belajarnya sehingga anak-anak semangat dalam belajar dan akhirnya
akan memperoleh hasil yang memuaskan.
Motivasi belajar dari orang tua merupakan salah satu bentuk nyata pentingnya peran orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya. Menurut
Sardiman motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat
intelektual yang mempunyai peran menumbuhkan gairah merasa senang dan
semangat untuk belajar pada anak. Dengan demikian, motivasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam belajar anak.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :
Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak-anaknya di antaranya sebagai motivator. Dalam hal ini orang tua harus senantiasa memberikan
dorongan kepada anaknya agar mempunyai semangat dalam belajar,
khususnya dalam belajar di rumah sebagai penunjang keberhasilan prestasi
di sekolahnya.
Adapun upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak antara lain:
1. Mengetahui hasil
2. Memberikan hadiah dan hukuman
3. Menyediakan alat atau fasilitas yang dibutuhkan.
Orang
tua sebagai pendidik harus senantiasa memperhatikan perkembangan
pribadi anak sebagai penentu dalam perlakuan pendidikan yang sesuai
dengan periode atau tingkat usia serta kemampuan berfikir anak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam Juz II, Beirut: Darussalam
Depdikbud, 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Hery Noer Aly, 1999. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos.
Judith Rich Harris Robert M. Liebert, 1984. The Child Development From Birth Throught Adolescence, New Jersey: Prentice Hall.
M. Ngalim Purwanto, 1995. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
M. Ngalim Purwanto, 2004. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syaiful Bahri Djamarah, 2002, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Muhaimin, 2002, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah), Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sardiman, A.M., 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto, 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.
Winkel, 1987. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.
Zakiah Daradjat, dkk, 1992, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
![]() |
No comments:
Post a Comment